di kepalaku dan membuat segalanya runyam. Sedang aku tak bias memilih. Membiarkan malam minggu sendiri: dikutuki sumbar-sumbar keparat
remaja kampung
kalau saja….
#
Sunyi, kesunyian…
Ingatan robek pada luka-luka, silam
Kesal sendiri, melihat yang tasdi ngoceh, sekarang diam; mulutnya di sumpal nasi bungkus
#
Sekarang lelaki itu sudah kenyang. Kini repot dengan selilit yang nyelip di gigi. Sebelum selilit itu hilang dan dia kembali mengoceh, sebaiknya aku pulang.
Membaca-baca buku di rumah sampai pagi tiba.
Keparat betul malam minggu ini.
#
Warung kletek,
Pengampu – Sunari Sudrun.
3 komentar:
Hehehehe...selilit yang nyelip itu pancen njiamputi mas, wkwkwk...
Enak aahhh, sepi-sepi mampir ke blogmu ini mas, opo maneh gak onok wong e, isok ngacak-ngacak, xixixi...
apane diacak2?
Puisi-puisimu sing tak acak-acak, hehehe...
Hawanya kok gitu ya blogmu mas,
Hujan, buka jendela kamar, secangkir kopi di meja dan puisi di monitor depan mata. Ayem.
Posting Komentar