Kasih,
Sejak Juli tandas dari meja-meja waktu
Cangkir kosong menandai kesepian yang datang tanpa bisa ditunda
Lalu biji mata kita mengeja setiap luka:
yang mengapung di gelas kopi,
di langit-langit kamarmu yang letih
kasih,
Setiap duka waktu mengantarku sampai ke tasik
Menguluk salam pada kapal-kapal yang melaju
Semoga sampai di kotamu
– kota yang menandai pertemuan dengan sepotong sore dan nasib baik –
Juga sebuah jarak yang tengik
September, 2011
8 komentar:
Kalau saya jadi seseorang yang kau tuju itu,
saya gak akan berani membaca puisi ini tanpa tangis haru.
Dirindu&ditemui sesyahdu itu... ^.^
___________________________________
Saya blogroll blogmu ini mas, semoga berkenan.
Lama tak jumpa, apa khabar mas?
kabar saya baik yayag. bagaimana denganmu? masih aktif di kemudian?
maksih kunjungannya ya. aduh, pas liat blogmu yang banyak sekali tulisannya, saya jadi malu. kadang saya merasa sering gagal dalam menulis, belum lagi soal blank paper yang kerap jadi mimpi buruk.
Apalah saya ini mas, banyak tulisan saya tapi semuanya masih sangat jauh dibawah kemampuanmu berkata-kata.
Sering saya bilang, ajari saya...karena saya merasakan kekurangan saya darimu mas.
yag, harusnya yng kaya kamu itu beruntung. semakin pinter berkata, semakin besar peluang masuk neraka. serius loh...
Tuhan itu gak suka penyair loh.. gimana hayoo?
Serius ya itu mas?
Kalo gitu minta talinya, biar kuikat setengah badanku ke badan penyair-penyair yang "bertobat" menjauhi neraka. Biar aku gak masuk neraka.
Aku bukan penyair mas, sebut penulis saja, karena kesukaanku menulis.
tapi kalo tuluisan yang kita tulis bikin mabuk orang lain ya tetap aja gak boleh. hehehehe
Terus bolehku apa lho mas?
Gak mabok kok, cuma sukaaaaaaaaa aja.
Bolehhhh tu :P
Ya, suka. Suka "mabok". hehehe
Posting Komentar